Tak semua bisa di jawab dengan logika….

*

*

Kenapa semuanya harus di hitung secara matematika dan dipertanyakan menurut logika?

Kalau secara logika…kamu bertanya, kira-kira ada di urutan ke berapa aku menjadi “seseorang” yang tepat untukmu?

Maka aku jamin, tak bakalan ada aku di posisi 10 besar… mungkin aku akan hanya berada di urutan ke 98 out of 100 kandidat.

Kalau logikamu bertanya….bagaimana dengan angka yang berbeda atas sesuatu yang bernama “usia”?

Heii…hanya ini yang bisa kukatakan…daripada menghitung 1 atau 2 tahun perbedaan angka, kenapa tidak menghitung 1,2, 3, 4 dan 5 kebaikan-kebaikan yang ada? Sounds cliche  hugh?

Kalau engkau pemuja logika dan bertanya…bagaimana dengan dia?

Inilah jawabanku. Aku adalah drama queen, yang akan mendramatisi setiap episode hidup ini menjadi hal yang dramatis dan cenderung tidak logis. Yang bisa mellow shallow tiba-tiba tapi kemudian tertawa bahagia. Yang akan menangis ketika sedih, yang akan merajuk manja bila meminta. Apabila dua-duanya pemuja logika, kemudian….akan kemanakah takdir membawa? Bukankah nanti cuma perang matematis, lempar-lemparan kalkulator yang ada?

Kalau logikamu bertanya…seberapa sempurna dia dihadapanNya?

Maka jawabanku hanya sederhana….aku tidak akan bisa menjadi sesempurna Khadijah atau Aisyah, yang akan bisa menjadi separuh agamu dan peneguh ketaatanmu.

Hanya bisa kukatakan….kenapa kita tidak belajar bersama saja?. Hingga kokoh pilar agama kita nantinya.  Sehingga, seandainya ada yang keliru dengan jalan kita suatu saat, kita akan selalu saling mengingatkan atas hal-hal yang sudah kita pelajari bersama.  Aku akan belajar menjadi makmummu dan engkau sebagai imamnya.

Apabila logikamu bertanya…seberapa pintarkah dia?

Aku takut tak akan selalu bisa menjadi teman diskusi yang handal yang selalu bisa menjawab pertanyaan cerdasmu, memberikan solusi atas permasalahan hidupmu. Hanya bisa kutawarkan, kalau aku bisa menjadi pendengar yang bisa kau andalkan untuk bercerita….aku pendengar yang baik, yang setia. Bukankah bisa berbagi masalah dan engkau menceritakan secara nyaman tanpa merasa khawatir bisa menjadikan itu sebagai kelebihanku?

Dan..jika kau ingin menghitung secara logika matematika….seberapa besar materi yang ku punya?

Maka dengan tegas bisa kukatakan padamu….tidak ada. Aku terlahir dari keluarga yang biasa. Tapi pengalaman hidup bertahun-tahun jauh dari orang tua dan merasakan susahnya mencari “sesuatu” sendiri, telah mengajarkanku banyak hal termasuk bagaimana memaknai hidup ini secara bijaksana.

Kamu akan lelah kalau menanyakan semuanya lewat logika, karena tidak selamanya rasa bisa di hitung secara matematika.

Berhentilah sejenak agar lelahmu hilang. Renungkan dan tanyakan lagi pada hatimu. Akankah ingin berhenti di sini? Atau kembali berjalan lagi sampai menemukan ujung simpul pertemuan…..antara kamu dan aku.

Dedicated to myself. Sebagai kaca untukku, yang masih bingung melangkahkan kaki…. mau berhenti, belok kanan ataukah belok kiri…:)

Hanya ingin

Tiap kali kau ada…..tiba2 ada sesuatu yang tak biasa melintas di dada

Sesuatu yang kunamakan rasa

Sangat kunikmati saat kulihat wajah malu-malumu, saat kau denger ledekan temen-temen tentangku,tentangmu, tentang kita.

Atau saat tanpa sengaja mata kita saling  bersirobok

Sayang…tak berani kuartikan semua hal-hal manis yg kau lakukan padaku

Hhhmm…mungkin..itu hanya basa-basimu

Entahlah…tak ingin kupikirkan hal itu

Bukankah rasa adalah wilayah hati….yang tak memerlukan campur tangan otak dalam hal ini??

Hanya ingin kunikmati saja setiap moment kebersamaan denganmu….saat ini

 

Previous Older Entries

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.